Kenikmatan Yang Terlupakan


Manusia di dunia ini tidak mungkin selalu merasakan kesenangan dan kenikmatan. Tetapi dunia ini bagaikan sebuah bola yang terus berputar, ada kalanya bola itu berputar ke bawah, ada kalanya dia berputar ke atas. Terkadang kita merasakan kegembiraan dan pada waktu yang lain kita mersakan kesedihan. Kita ditimpa oleh musibah-musibah yang bertubi-tubi. Mulai dari musibah yang menimpa badan dan jasmani kita, perasaan kita, keluarga kita, masyarakat kita bahkan musibah bangsa secara umum. Itulah sunnah kehidupan yang harus kita lalui di dunia ini.
Musibah bisa datang dalam berbagai bentuk. Musibah tidak identik dengan musibah yang menimpa fisik seseorang. Ada musibah yang menimpa perasaan. Bahkan musibah ini terasa lebih berat ketimbang musibah fisik seperti luka, kebakaran dan lain-lain. Jika tangan terluka maka banyak obat yang bisa kita beli, tapi bila hati terluka maka kemana obat hendak dicari. Begitulah kata pepatah lama.

Saudaraku,

Walaupun musibah yang menimpa seorang muslim datang secara bertubi-tubi, tapi seorang muslim yang baik, selalu melihat segala hal yang terjadi sebagai sebuah kebaikan yang datangnya dari Allah. Jika dia mendapatkan kebaikan, maka kebaikan itu baik baginya, dan jika dia ditimpa sebuah musibah, maka musibah itu merupakan sebuah kebaikan baginya.
Bagaimana hal itu bisa terjadi?.. inilah pertanyaan yang setiap individu harus mengetahui jawabannya. Musibah dan kebaikan di sisi Allah adalah sebuah kenikmatan. Itulah jawabannya.
Saudaraku!
Perlu kita pahami dengan baik, kenikmatan itu bentuknya tidaklah satu, yaitu berupa sesuatu yang menyenangkan hati. Sering terjadi, apabila seorang teman mendapatkan kenikmatan seperti mendapatkan tambahan gaji, mendapatkan bonus THR, dan lain-lain, kita katakan itu adalah kenikmatan baginya yang datang dari Allah. Nasibnya mujur, Allah memberkahinya. Namun ketika kita mendengar seorang teman yang masuk rumah sakit, sakitnya pun parah dan berhari-hari dia mendiami ranjang rumah sakit, kita katakan ini adalah sebuah azab baginya karena dia telah melakukan ini dan itu. Paling kurang kita mengatakan ini adalah sebuah cobaan baginya.
Kita tidak pernah mengatakan musibah yang datang adalah sebagai nikmat dari Allah. Musibah yang minimpa pada dasarnya merupakan penghapus dosa yang pernah kita lakukan. Semakin banyak musibah yang kita rasakan, semakin dahsyat kepedihannya maka semakin banyak pula dosa-dosa kita yang dihapuskan.
Saudaraku!

Bukankah ini merupakan sebuah kenikmatan yang besar?...

Terhapusnya sebagian dosa kita karena penyakit, luka, kesedihan, rasa was-was, berarti beberapa langkah kita telah menjauh dari pintu neraka dan telah beberapa langkah kita mendekat ke pintu sorga. Tidak ada sebuah kenikmatan yang sangat didamba-dambakan seorang hamba yang berdosa kecuali rahmat Allah agar Ia menghapuskan dosa-dosa yang pernah dia lakukan. Dan salah satu penghapus dosa adalah musibah yang kita rasakan di dunia ini. Mari kita robah persepsi kita terhadap musibah. Katakanlah musibah sebagai sebuah kenikmatan, agar kita selalu Positif Thinking kepada Allah dan mendapatkan pengampunan dosa karena sebuah musibah.


Dari Abi sa’id dan Abi Hurairah RA dari Nabi SAW beliau bersabda, tidaklah seorang muslim ditimpa oleh keletihan, penyakit yang terus-menerus, kegundahan, kesedihan, sesuatu yang menyakitkan, dan kesusahan bahkan apabila duri menusuknya maka dengan (musibah-musibah itu) Allah akan menghapus sebagian dari dosa-dosanya. (HR. Bukhori dan Muslim)

0 komentar:

Posting Komentar