Setiap orang memiliki kelebihan

Seorang ahli bahasa pada suatu hari ingin melakukan perjalanan laut. Dia ingin memberikan pelajaran bahasa kepada anak-anak di sebuah pulau terpencil yang tidak bisa dijangkau kecuali dengan menggunakan kapal kecil. Dengan membawa perbekalan secukupnya dia pergi menuju pelabuhan yang biasa digunakan oleh beberapa nelayan kecil sebagai tempat mangkal.
Sesampai di pelabuhan sang ahli bahasa memilih untuk menumpang di kapal kecil yang dikemudiakan oleh seorang bapak tua yang sudah berkepala lima. Bapak tua itu dari tampangnya tidak pernah mengenyam bangku sekolahan. Dari kecil dia hanya bergelut di seputar laut, kapal dan kayuh. Sehingga wajar jika bahasanya agak sedikit kacau.
Sebelum melepaskan kapalnya dari pelabuhan, bapak tua itu berkata dengan lantangnya, ”ayo, berangkatlah kita!”
Mendengar kalimat yang tidak tersusun rapi dari bapak tua itu, sang ahli bahasa yang merasa telinganya gatal mendengarkan kalimat itu bertanya dengan nada menyindir, ”Hai bapak tua, apakah kamu pernah belajar Gramatika?”
Tidak pernah. ”jawab bapak tua itu polos.
”Kalau begitu kamu sudah menyia-nyiakan separoh hidupmu.” sang ahli bahasa menimpali.
Setelah kapal kecil yang membawa ahli bahasa dan sang bapak tua sudah berlayar jauh ke tengah lautan. Tiba-tiba langit menjadi kelam ditutupi awan hitam. Angin bertiup dengan kencangnya. Ombak laut seperti akan tumpah ke darat. Kapal yang ditumpangi sang ahli bahasa terombang-ambing di antara ombak laut yang ganas. Bahkan air laut pun sudah menggenangi bagian dalam kapal.
Disaat-saat kapal sudah mau terbalik, sang bapak tua bertanya kepada ahli bahasa, ”Apakah kamu pernah belajar berenang?”
”Tidak pernah!” jawab sang ahli bahasa dengan rasa cemas.
”Kalau begitu, hari ini kamu akan kehilangan hidupmu.” sang nelayan tua menimpali sambil melompat dari kapal sebelum kapal tenggelam dihantam ombak lautan.

@@@

Kelebihan yang dimiliki oleh seseorang tidak selamanya ada pada orang lain. Namun bukan berarti orang lain tidak memiliki kelebihan. Sebagaimana Allah menciptakan makhluknya dalam bentuk yang beragam, Allah pula memberikan kelebihan yang beragam pada setiap mereka. Begitulah hakikatnya, bahwa setiap kita memiliki kelebihan masing-masing.
Namun terkadang kelebihan yang ada pada diri kita membuat kita merasa sombong terhadap orang lain. Mengapa? Karena kita hanya melihat kelebihan yang ada pada diri kita. Kita tidak melihat kelebihan yang ada pada orang lain. Seakan-akan kelebihan itu hanya ada pada diri kita. Dan seolah-olah kita tidak memilik kekurangan sedikit pun.
Ingatlah bahwa kesombongan telah mengeluarkan iblis dari sorga. Kesombongan telah meneggelamkan Fir’aun di dalam laut merah. Kesombongan telah menghancur-luluhkan pasukan bergajah Abrahah. Kesombongan Abu Jahal dan Abu Lahab telah menghalangi diri mereka dari hidayah. Karena sombong orang jadi hina. Dijauhi oleh teman, saudara dan keluarga. Karena sombong rahmat Allah yang dirasakan menjadi hilang dan sirna. Karena sombong, Allah jadi murka.
Betapa banyak kebenaran yang kita tolak karena kebenaran itu datang dari seorang yang miskin harta. Berapa banyak kebaikan yang tersia-siakan hanya karena yang memberikan teladan status sosialnya lebih rendah dari kita. Betapa banyak kebenaran yang kita remehkan hanya karena kebenaran itu berasal dari orang yang lebih muda usia. Kesombongan membuat kita selalu menilai orang lain hina dan memandang mereka sebelah mata. Karena kesombongan, betapa banyak waktu yang berlalu dengan sia-sia tanpa tambahan pahala.
Di balik kesombongan ada kekurangan. Secara psikologis kesombongan merupakan sikap untuk menutupi kekurangan dan kelemahan diri. Untuk menutupi kelemahan dan kekurangan itulah seseorang bersikap sombong agar nampak sempurna di mata orang lain. Iblis yang dimurkai Allah menyombongkan diri dihadapan Adam karena dia sadar bahwa dirinya tidak sebanding dengan Adam. Allah SWT mengajarkan kepada Adam semua nama-nama yang ada di dunia ini sedangkan Iblis tidak. Iblis berusaha menutupi kekurangannya dengan mengatakan, “Aku lebih baik dari dia, Engkau (Allah) ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan dia dari tanah.”
Kisah terbunuhnya Habil oleh saudaranya sendiri Qobil juga bermula dari kesombongan. Qobil yang merasa dirinya lebih kaya dari Habil tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya ketika Allah menerima kurban milik Habil dan tidak menerima kurban miliknya. Sehingga untuk menutupi kekecewaan itu dia tega membunuh sodaranya sendiri.
Tidak ada yang bisa kita sombongkan karena semua yang ada ini bukan milik kita. Kita terkadang merasa sombong karena ilmu yang kita kuasai. Tapi pernahkah kita sadar, sewaktu dilahirkan kita tidak tahu apa-apa. Kita terlahir tanpa membawa apa-apa. Hanya tangisan diiringi bercak darah. Kita terkadang sombong karena harta yang berlimpah. Karena kita tidak sadar, saat kita meninggal dunia nanti kita tidak membawa apapun seperti dahulu ketika kita lahir ke dunia tanpa memakai sehelai benang pun di badan. Kita terkadang merasa sombong karena ketampanan dan kecantikan yang kita miliki. Orang-orang mengagumi, mengelu-elukan dan menyanjung kita dimanapun dan kapanpun kita berada. Namun dua meter saja kita sudah tidur di dalam tanah, mereka akan pergi meninggalkan jasad kita yang sebentar lagi akan rapuh dimakan cacing dan ulat tanah.
Hanya yang memiliki saja yang boleh sombong di dunia ini. Kita sombong karena kita merasa telah memiliki segalanya; Rumah megah, mobil mewah, berhektar tanah dan sawah, , istri yang cantik lagi solehah, anak-anak dan harta yang melimpah ruah dan semua yang wah-wah. Tapi kita tidak sadar, diri kita sendiri saja bukan milik kita. Inilah contoh yang terdekat, ketika kita tidur ada banyak organ tubuh yang tidak bisa kita suruh tidur, tentu karena mereka bukan milik kita. Jantung kita masih terus berdetak, aliran darah kita masih terus mengalir, paru-paru kita masih tetap bernafas, tangan dan kaki kita terkadang bergerak kemana-mana tanpa kita sadari. Semua organ tubuh itu akan berhenti bekerja jika dimatikan oleh yang punya. Dialah Allah SWT yang Maha Kuasa, Dialah Allah SWT yang Memiliki segalanya dan Dialah satu-satunya yang berhak untuk sombong.
Tidak ada orang yang tidak marah jika haknya diambil oleh orang lain. Sampai-sampai ada orang yang memperkarakan masalah pencaplokan hak ini sampai ke meja hijau. Allah SWT sebagai pencipta alam semesta lebih pantas untuk marah dan murka terhadap orang-orang yang mencaplok hak-Nya. Dalam sebuah hadist Qudsi yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW dari Abu Hurairah RA, Allah SWT berkata, “Kesombongan adalah jubahku dan keagungan adalah sarungku, siapa saja yang mengambil dariku salah satu dari keduanya, Aku lemparkan dia ke dalam neraka.”
Untuk menghilangkan sifat sombong di dalam diri, kita harus menanamkan keyakinan bahwa setiap makhluq ciptaan Allah memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mungkin kita bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh oang lain. Namun jangan lupa, ada banyak hal yang orang lain bisa kerjakan, kita tidak mampu melakukannya. Ada banyak sifat yang ada pada diri kita dan tidak ada pada diri orang lain. Namun masih banyak lagi sifat yang ada pada orang lain, namun tidak ada pada diri kita.
Imam Syafi’i, walaupun dengan keilmuannya yang luar biasa, dia tidak mengaku sebagai orang yang paling benar. Karena dia sadar bahwa di dalam dirinya masih terdapat kekurangan. Ada banyak kelebihan dalam dirinya, namun dia sadar bahwa masih banyak sekali kelebihan yang ada pada orang lain dan tidak ada pada dirinya. Sikap tawadu’ inilah yang akhirnya membuat Imam Syafi’i pernah berkata, ”Pendapatku benar, namun masih mengandung kesalahan. Dan pendapat orang lain salah, namun mengandung kebenaran.”
Agar kita tidak pernah menyombongkan diri terhadap orang lain, ada baiknya kita terapkan nasehat dari seorang tabiin ternama, Hasan Al Bashri. Dia berkata dalam sebuah nasehatnya, ”Ketika Kamu keluar dari pintu rumahmu, maka janganlah kamu menjumpai seorang muslim pun kecuali kamu melihat bahwa dia memiliki kelebihan atas dirimu.”

0 komentar:

Posting Komentar