“Suamiku!... pernahkah engkau mendengar Rasulullah bersabda, “Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah akan mengujinya.”
Tersebutlah seorang istri yang shalehah di zaman Rasulullah SAW. Dia sangat taat kepada suami dan sangat pula cinta kepadanya. Pada suatu malam sang suami meminta kepada istrinya untuk membuatkan minuman hangat sekedar untuk menghangatkan diri. Namun karena air belum masak maka sang suami harus menunggu hingga air yang dimasak benar-benar matang.
Karena kondisi badan yang sudah mengantuk akhirnya sang suami tertidur di atas kursi makan sambil bersender di atas meja. Tak lama kemudian sang istri membawa minuman yang telah diseduh dari dapur. Namun dia mendapatkan sang suami sudah tertidur pulas. Karena ketaatannya kepada suami akhirnya sang istri terus berdiri di samping sang suami sambil memegang minuman yang telah disediakannya untuk suami tercinta hingga fajar hampir menjelang.
Sebelum fajar sang suami terbangun dari pulasnya. Dia terkejut melihat sang istri berdiri di sampingnya sambil memegang gelas minuman yang sudah dingin. Sang suami bertanya, “Sejak kapan kau berdiri disini istriku?”
“Sejak tadi malam.” Jawab sang istri dengan nada pelan.
“Aku khawatir akan menggangu istirahatmu bila aku membangunkanmu, dan aku juga takut jika engkau bangun kau tidak mendapatkan minuman yang kamu pinta. Karena itulah aku berdiri disini, kalau-kalau saja kau bangun di tengah malam, namun kau baru bangun sekarang.”
Sang suami sangat terharu mendengar penuturan yang lembut dari istrinya. Di dalam hati dia sangat bersyukur kepada Allah telah dikaruniai istri yang sangat taat kepada suami lagi baik budinya. “Istriku, pintalah apa saja dariku, aku akan mengabulkannya. ini adalah hadiah dariku atas kebaikan hatimu kepadaku.”
Tanpa berfikir panjang lagi, sang istri mengutarakan keinginannya, “Baiklah suamiku, karena engkau telah berjanji akan mengabulkan apa saja yang aku pinta, maka aku akan meminta satu permintaan saja kepadamu, tidak lebih.”
“Apa itu istriku, sebutkanlah!” pinta sang suami tidak sabaran.
“Ceraikan aku sekarang juga!” ….Pinta sang istri dengan tegas.
Bagai disambar petir di siang bolong, sang suami tidak bisa berbicara apa-apa lagi. Hatinya sangat kecewa. Hancur lebur seperti serpihan kaca yang pecah. Dia tidak menyangka istrinya akan meminta sesuatu yang berada di luar dugaannya.
Karena tidak menerima permintaan istrinya, sang suami akhirnya mengajak sang istri bersama-sama pergi menghadap kepada Rasulullah untuk mengadukan permasalahan itu.
Di dalam perjalanan, sang suami terjatuh kedalam sebuah lubang yang agak dalam sehingga kaki kanannya patah. Sang suami merintih menahan perih. Darah mengucur dari patahan tulang yang menyembul di permukaan kulitnya. Dengan dibantu sang istri, akhirnya dia bisa keluar dari lubang.
Dengan keadaan yang tidak memungkinkan untuk berjalan, sang suami masih bersikeras untuk menghadap rasulullah. Namun sang istri memapahnya untuk berbalik arah pulang ke rumah.
“mengapa kau memapahku pulang kembali kerumah?” Tanya sang suami keheranan dengan sikap istrinya. “bukankah kau tadi ingin diceraikan?...Ayo, bawa aku menghadap rasulullah!” pinta sang suami kepada istrinya dengan sedikit memaksa.
“Aku tidak mau diceraikan.” Jawab sang istri sambil terus memapah sang suami pulang.
“Ada apa denganmu?... dengan kondisiku yang cacat seperti sekarang ini, seharusnya kau lebih punya alasan untuk minta diceraikan. Aku sekarang hanyalah seorang suami yang hanya bisa duduk di atas kursi. Tidak bisa berkuda lagi. Aku hanya bisa berjalan dengan dibantu oleh sebatang kayu. Apakah kau masih mau bersuami sepertiku yang cacat ini?”
“cukup… cukup sumiku!” Sang istri menghentikan jalannya.
Kedua pasang anak manusia itu untuk sesaat terpaku dalam diam. Angin gurun yang panas tidak mereka hiraukan. Kedua-duanya bergulat dalam pikiran masing-masing. Sementara sang suami semakin perih merasakan lukanya.
“Suamiku!... pernahkah engkau mendengar Rasulullah bersabda, “Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah akan mengujinya.”
Sang suami tidak mengerti apa yang dimasudkan oleh istrinya. “Apa yang kau maksudkan?”
“Suamiku!...Dulu, sebelum aku meminta diceraikan, Engkau hidup senang, semua yang engkau inginkan tersedia. Engkau tidak pernah mendapatkan ujian dari Allah sehingga Aku menyangka Engkau adalah seorang hamba yang tidak dicintai oleh Allah. Aku tidak mau memiliki suami yang tidak dicintai oleh Allah. Tapi sekarang aku yakin, Engkau adalah hamba yang dicintai oleh Allah. Allah mencintaimu dengan memberikan ujian ini kepadamu. Betapa besar pahala yang nanti akan aku dapatkan dengan mengabdikan diri kepada seorang suami yang dicintai Allah. Suamiku!... Aku akan semakin cinta kepadamu, dan Aku akan mendampingimu hingga akhir hayatmu.”
(terlepas dari kesohihan cerita ini, setidaknya kita bisa mengambil pelajaran yang bermanfaat darinya).
0 komentar:
Posting Komentar