Kejujuran

Diceritakan ada seorang laki-laki pada zaman dahulu yang selalu berbuat dosa dan maksiat kepada Allah. Dosanya tak kepalang tanggung banyaknya, bila diukur dan ditimbang-timbang mungkin tidak ada lagi takaran dan timbangan yang dapat mengetaui kadar dosanya di muka bumi ini. Pendek kata, jika dipikirkan secara logika, pemuda ini mustahil bisa kembali seperti sedia kala, kembali kepada jalan yang benar, karena saking banyaknya dosa yang dia kerjakan.
Namun suatu hari, muncul juga kesadaran dari pemuda ini untuk memperbaiki diri. Setiap hari dia terus mencoba untuk meninggalkan segala macam perbuatan dosa yang biasa dia kerjakan. Dicobanyalah untuk meninggalkan minum-minuman, namun busa minuman itu sangat menarik hatinya. Begitu juga dengan judi, berzina, mengadu ayam, dan perbuatan-perbuatan dosa yang lainnya, semua itu tidak bisa dia tinggalkan. Usut-punya usut rupanya perbuatan dosa dan maksiat itu sudah menjadi darah dagingnya.
Akhirnya, sang pemuda pergi kepada seorang alim. Sang Alim kemudian memerintahkannya untuk memperbaiki satu saja dari sifat buruk yang ada dalam dirinya, yaitu perbuatan dusta. Dan Sang Alim tersebut menasehatinya agar selalu berbuat jujur dalam kondisi apapun. Kemudian Sang Alim meminta agar pemuda tersebut berjanji kepadanya agar tidak berbohong. Sang Pemuda akhirnya menyanggupi untuk tidak berbohong.
Setelah beberapa lama waktu berlalu, terdetik dalam hati Sang Pemuda untuk minum khamar. Dengan sedikit trik pemerasan akhirnya dia dapatkan minuman yang diinginkan. Lalu khamar itu dituangkan ke dalam sebuah gelas. Ketika dia mengangkat gelas tersebut ke mulutnya, dan hampir saja menyentuh bibirnya, seketika itu juga Sang Pemuda teringat akan janjinya kepada Sang Alim.
“Apa yang akan aku katakan kepadanya jika dia bertanya kepadaku? Apakah aku akan mengatakan bahwa aku sudah meminum khamar? Atau aku akan berdusta kepadanya dengan mengatakan bahwa aku tidak meminumnya?”
Setelah berfikir panjang Sang Pemuda akhirnya mengatakan dalam hatinya, “Aku tidak akan meminumnya”.
Pada hari berikutnya Sang Pemuda ingin melakukan dosa lainnya. Akan tetapi dia teringat lagi akan janjinya kepada Sang Alim agar selalu berbuat jujur dalam segala hal. Lagi-lagi dia mengurungkan niatnya untuk melakukan dosa tersebut. Dan setiap kali Sang Pemuda itu ingin melakukan dosa, dia selalu teringat akan janjinya.
Pada akhirnya, Sang Pemuda terbebas dari segala bentuk dosa dan maksiat yang dahulu sering dilakukannya. Itu semua karena dia selalu menekankan kepada dirinya untuk selalu berbuat jujur.

0 komentar:

Posting Komentar