Memperbarui Iman

Iman itu adalah ucapan dan perbuatan, bertambah dan berkurang. bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. [HR. Bukhori ]

Kemuliaan dan keterpujian seseorang berkaitan erat dengan kesungguhannya dalam menambah dan meningkatkan iman. Dan perkarayang paling berpotensi menambah dan menguatkan iman adalah 'ILMU', kemudian AMAL SHALEH dan ZIKRULLAH. Maka tiap kali seorang hamba menambah ilmu dan amal shalehnya berarti dia sedang memperbaharui imannya dan inilah yang dimaksud dengan hadits Rasulallah SAW dalam sabdanya:

جددوا إيمانكم قيل يا رسول الله وكيف نجدد إيماننا قال أكثروا من قول لا إله إلا الله
"Perbaharuilah iman kamu, beliau ditanya: "bagaimana kami memperbaharui iman kami, beliau menjawab: "perbanyaklah mengucapkan kalimat laa ilaaha illallaah." [HR. Ahmad dan Al Hakim]

Allah SWT berfirman yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kamu dengan Allah dan Rasul Nya dan dengan kitab yang telah diturunkan kepada kamu....! [QS. An Nisa: 136]

Perbaharuan iman sangatlah penting bagi setiap muslim. disebabkan kesibukan rutinitas ditambah dengan kesibukan mencari nafkah atau mengurus rumah tangga, kita terkadang tidak sempat lagi "mengurusi" Qolbu kita (Hati). sehingga tidak sadar bahwa hati kita telah menjelma menjadi warna hitam pekat. dipenuhi dengan noda akibat dosa-dosa kecil ataupun berbagai kelalaian yang tidak terasa sering kita lakukan.
Dari Abu Hurairah RA berkat: Rasulallah SAW pernah bersabda:

إن المؤمن إذا أذنب ذنبا كانت نكتة سوداء في قلبه فإن تاب ونزع واستغفر صقل منها قلبه وإن زاد زادت حتى يغلق بها قلبه فذلك الران الذي ذكر الله عز وجل في كتابه كلا بل ران على قلوبهم ما كانوا يكسبون
"Sesungguhnya orang mukmin apabila melakukan suatu dosa terbentuklah bintik hitam di dalam hatinya. Apabila ia bertaubat, kemudian menghentikan dosa-dosanya dan beristighfar bersihlah daripadanya bintik hitam itu. Dan apabila dia terus melakukan dosa bertambahlah bintik hitam pada hatinya sehingga tertutuplah seluruh hatinya, itulah karat yang disebutkan Allah di dalam kitab Nya: "Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang mereka usahakan telah menutup hati mereka". [QS. Al Mutaffifin: 14]. [HR. Al Baihaqi]

Imam al Ghazali pernah berkata, " Qolbu itu ibarat cermin. Saat seseorang melakukan dosa/ maksiat, maka ada satu noktah hitam menodai Qolbunya. Semakinbanyak dosa, semakin banyak noktah hitam. Qolbu yang ibarat cermin itu tidak bisa lagi digunakan untuk bercermin; untuk mengaca diri dan mengevaluasi diri. saat demikian, kepekaan spiritual biasanya akan lenyap dari dirinya. jika sudah seperti itu, jangankan dosa kecil apalagi sekedar berbuat makruh daan melakukan hal yang mubah yang melalaikan, dosa besar sekalipun tidak lagi dianggap besar. jangankan meninggalkan yang sunnah, meninggalkan kewajiban pun sudah dianggap biasa. Pasalnya, kepekaan Qolbu sudah nyaris hilang, tidak mampu lagi mendeteksi dosa, apalagi dosa yang dianggap kecil.
Begitulah, Maksiat itu tidak jarang melahirkan maksiat yang lain. Jika sering dikerjakan maka terjadilah akumulasi maksiat. Dosa-dosa kecilpun akhirnya menjadi besar.
Pengabaian perkara ini secara berturut-turut tanpa penanganan serius sering menjadikan kita berkurang kadar keimanan dan amal shaleh. Kehilangan amal batiniah seperti kurang ikhlas ketika beramal, hilang sikap jujur, tidak zuhud, tidak tawakkal, hiang rasa takut kepada Allah, enggan melakukan tobat dan tidak berserah diri kepada Allah. Semua itu terjadi karena kita mengabaikan Qolbu kita. Dalam kondisi demikian boleh jadi ketika kita menyampaikan nasehat kepada orang lain nasehat yang kita sampaikan akan terasa kosong dan tidak bermakna. Boleh jadi ketika kita bersedekah kita mengeluarkannya dengan rasa terpaksa dan takut dikatakan orang bakhil. boleh jadi ketika kita shalat tubuh kita tegap berdiri tetapi pikiran kita melayang-layang di awang-awang. Muncul rasa malas, banyak tidur, menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak berfaedah meskipun tidak melakukan perkara yang haram atau makruh dan syubhat.
Jangan sampai kita terjerumus dalam kondisi Qolbu yang seperti ini!....
Jangan sampai kita berlarut-larut dalam gelimang dosa kecil yang bisa membawa kita pada perbuatan dosa besar!....
Saudaraku!... Banyak sarana yang bisa digunakan untuk memperbaharui iman. Sekedar contoh; ziarah kubur, mengunjungi orang-orang shaleh, orang-orang bertakwa, ulama terpercaya, orang-orang yang ikhlas, membaca sekaligus menyelami sejarah nabi dan para sahabat, meningkatkan porsi ibadah, meningkatkan intensitas ibadah-ibadah sunnah, menyendiri pada sebagian waktu untuk merenungkan kehidupan kita dan mendekatkan diri kepada Allah, memperbanyak membaca Al Qur'an, meperbanyak sedekah, qiyamullail, membenci perbuatan maksiat, menghilangkan rasa cinta yang berlebihan kepada dunia, dll.
Biasakanlah untuk menyempatkan diri untuk menyendiri (berkhalwat) dengan diri sendiri; di luar qiyamullail, dan dan membaca Al Qur'an. Disebutkan dalam salah satu atsar bahwa orang yang berakal mempunyai empat waktu. Salah satunya adalah saat ia menyendiri (berkhalwat). Berkhalwat sangat urgen bagi setiap muslim. Dengan berkhalwat ia dapat berduaan dengan Allah, damai dan dekat dengan Nya. Dengan berkhalwat seorang muslim dapat mengevaluasi dirinya. Ketika berkhalwat ia ingat akan dosa-dosa sekaligus menumpahkan air mata penyesalan terhadap dosa-dosa yang pernah ia lakukan. Semua upaya itu Insya Allah akan mengembalikan kepekaan seorang muslim untuk bribadah kepada Allah dan menjauhi segala bentuk perbuatan dosa. Karena setiap waktu imannya adalah iman yang selalu baru; iman yang semakin menghujam dalam Qolbu. Wama taufiqi illa billah. Wallahu a'lam.

0 komentar:

Posting Komentar