Ini adalah kisah menarik tentang seorang kaya raya yang jatuh miskin dengan seorang penasehat spiritualnya atau yang biasa dikenal dengan istilah dukun.
Bermula dari hobi coba-coba, seorang laki-laki paroh baya ini mencoba memasang taruhan judi toto, dengan harapan mendapatkan untung berlipat-lipat tanpa usaha berat.
Pada mulanya, laki-laki paroh baya ini mendapatkan untung yang tidak kepalang tanggung dari nomer-nomer yang dipasangnya. Dua-tiga –nomer berhasil lahir normal dengan membawa kegembiraan yang tiada terkira. Sang laki-laki akhirnya memutuskan untuk terus berjudi bahkan menjadikannya sebagai usaha untuk mencari nafkah.
Namun kata orang bijak, keberuntungan tidak selalu berada di atas, roda terus berjalan, kali ini roda Si laki-laki paroh baya berada di bawah. Nomer-nomer yang dipasangnya selalu lahir prematur. Dipasang nomer 13 yang keluar nomer 3, di pasang 5 yang keluar 51, begitu seterusnya.
Akhirnya datanglah seorang teman yang berbaik hati menunjukkan kepadanya solusi tepat untuk menghadapi kondisi seperti yang dialaminya.
“Bagaimana teman kalo kau kutunjukkan kepada seseorang (maksudnya dukun) yang bisa memberikan kamu nomer yang tepat?” Hasut sang teman.
Setelah menimbang-nimbang Si laki-laki paroh baya akhirnya mengikuti usulan sang teman. Maka pergilah dia ke rumah seorang dukun yang direkomendasikan oleh temannya itu.
“Mbah, tolong saya mbah, kira-kira nomer yang keluar hari ini berapa mbah?”
“Sebentar, saya terawang dulu.” Sang dukun menjawab dengan gaya dukunnya.
Setelah lama berkomat-komat membaca mantera, sang dukun bertitah, “Nomernya sekian anak muda, Insya Allah keluar”. (Rupanya sang dukun masih jebolan pesantren).
Keesokan harinya, laki-laki paroh baya tadi kembali lagi ke dukun yang memberinya bocoran nomer kemaren.
“Mbah, nomernya kok ngak keluar mbah, katanya keluar”.
“Ah mungkin kamu ga baca bismillah nak.” Sang dukun membuat alas an sekenanya. “Ini kamu pasang lagi, pasti keluar”.
Ternyata nomer yang diberikan oleh mbah dukun juga tidak keluar. Dan si laki-laki paroh baya ini terus datang kepada Mbah dukun. Dan setiap kali diberi nomer, nomer yang diberikan tidak keluar. Begitu seterusnya.
Akhirnya untuk terakhir kalinya, dengan sisa kekayaan yang ada Laki-laki paroh baya itu pergi ke Mbah dukun.
“Mbah, ini kekayaan saya yang terakhir mbah, kalo tidak keluar juga saya tidak punya apa-apa lagi mbah. Mobil sudah dijual, rumah sudah digadai, istri sudah dicerai, semua sudah selesai mbah dukun”.
“Ok lah- Ok lah, tenang anak muda, kali ini kamu pasti akan mendapatkan keberuntungan”. Sang dukun mencoba menghibur Laki-laki paroh baya yang tampak putus asa.
Keesokan harinya, laki-laki paroh baya datang lagi, kali ini dengan hati yang remuk-redam, karena nomer wasiat yang diberikan mbah dukun juga tidak keluar.
“Mbah, saya tidak punya apa-apa lagi mbah. Pekerjaan juga ga punya. Bagaimana saya bisa hidup mbah?’
Sang dukun merasa iba dengan kondisi si laki-laki paroh baya. Untuk menghilangkan kesedihannya, akhirnya Sang dukun berusaha memberikan sebuah solusi.
“Anak muda, dulu saya sama seperti kamu. Saya dulu orang kaya. Saya juga suka berjudi dan pergi ke dukun sama seperti kamu. Tapi saya gagal dan jatuh miskin. Akhirnya saya memutuskan untuk pindah propesi, dari tukang judi menjadi dukun ramal. Saya pikir, mengapa tidak dari dulu saya jadi dukun ramal. Pendapatannya ga banyak sih, biar sedikit yang penting jalan terus’.
Pada mulanya, laki-laki paroh baya ini mendapatkan untung yang tidak kepalang tanggung dari nomer-nomer yang dipasangnya. Dua-tiga –nomer berhasil lahir normal dengan membawa kegembiraan yang tiada terkira. Sang laki-laki akhirnya memutuskan untuk terus berjudi bahkan menjadikannya sebagai usaha untuk mencari nafkah.
Namun kata orang bijak, keberuntungan tidak selalu berada di atas, roda terus berjalan, kali ini roda Si laki-laki paroh baya berada di bawah. Nomer-nomer yang dipasangnya selalu lahir prematur. Dipasang nomer 13 yang keluar nomer 3, di pasang 5 yang keluar 51, begitu seterusnya.
Akhirnya datanglah seorang teman yang berbaik hati menunjukkan kepadanya solusi tepat untuk menghadapi kondisi seperti yang dialaminya.
“Bagaimana teman kalo kau kutunjukkan kepada seseorang (maksudnya dukun) yang bisa memberikan kamu nomer yang tepat?” Hasut sang teman.
Setelah menimbang-nimbang Si laki-laki paroh baya akhirnya mengikuti usulan sang teman. Maka pergilah dia ke rumah seorang dukun yang direkomendasikan oleh temannya itu.
“Mbah, tolong saya mbah, kira-kira nomer yang keluar hari ini berapa mbah?”
“Sebentar, saya terawang dulu.” Sang dukun menjawab dengan gaya dukunnya.
Setelah lama berkomat-komat membaca mantera, sang dukun bertitah, “Nomernya sekian anak muda, Insya Allah keluar”. (Rupanya sang dukun masih jebolan pesantren).
Keesokan harinya, laki-laki paroh baya tadi kembali lagi ke dukun yang memberinya bocoran nomer kemaren.
“Mbah, nomernya kok ngak keluar mbah, katanya keluar”.
“Ah mungkin kamu ga baca bismillah nak.” Sang dukun membuat alas an sekenanya. “Ini kamu pasang lagi, pasti keluar”.
Ternyata nomer yang diberikan oleh mbah dukun juga tidak keluar. Dan si laki-laki paroh baya ini terus datang kepada Mbah dukun. Dan setiap kali diberi nomer, nomer yang diberikan tidak keluar. Begitu seterusnya.
Akhirnya untuk terakhir kalinya, dengan sisa kekayaan yang ada Laki-laki paroh baya itu pergi ke Mbah dukun.
“Mbah, ini kekayaan saya yang terakhir mbah, kalo tidak keluar juga saya tidak punya apa-apa lagi mbah. Mobil sudah dijual, rumah sudah digadai, istri sudah dicerai, semua sudah selesai mbah dukun”.
“Ok lah- Ok lah, tenang anak muda, kali ini kamu pasti akan mendapatkan keberuntungan”. Sang dukun mencoba menghibur Laki-laki paroh baya yang tampak putus asa.
Keesokan harinya, laki-laki paroh baya datang lagi, kali ini dengan hati yang remuk-redam, karena nomer wasiat yang diberikan mbah dukun juga tidak keluar.
“Mbah, saya tidak punya apa-apa lagi mbah. Pekerjaan juga ga punya. Bagaimana saya bisa hidup mbah?’
Sang dukun merasa iba dengan kondisi si laki-laki paroh baya. Untuk menghilangkan kesedihannya, akhirnya Sang dukun berusaha memberikan sebuah solusi.
“Anak muda, dulu saya sama seperti kamu. Saya dulu orang kaya. Saya juga suka berjudi dan pergi ke dukun sama seperti kamu. Tapi saya gagal dan jatuh miskin. Akhirnya saya memutuskan untuk pindah propesi, dari tukang judi menjadi dukun ramal. Saya pikir, mengapa tidak dari dulu saya jadi dukun ramal. Pendapatannya ga banyak sih, biar sedikit yang penting jalan terus’.
0 komentar:
Posting Komentar