Menutupi Aib dan Kesalahan

Manusia diciptakan dalam keadaan lemah dan serba kekurangan. Kezoliman dan kebodohan akan selalu membayangi setiap langkahnya. Seseorang yang melakukan perbuatan salah dengan sengaja maka dia disebut orang yang zolim. Dan orang yang melakukan kesalahan karena ketidaktahuannya maka dia disebut orang yang bodoh.
Inilah sifat manusia yang disinggung oleh Allah SWT. ketika Allah menawarkan kepada seluruh makhluk untuk menjadi khalifah di muka bumi. Semua menolak amanah tersebut. Semua khawatir dengan beratnya amanah yang akan mereka pikul. Namun kemudian manusia yang lemah menyanggupi amanah tersebut. “Sesungguhnya kami telah menawarkan amanah kepada langit dan bumi dan gunung-gunung tetapi mereka enggan untuk memikulnya dan mereka khawatir tidak bisa memikulnya, kemudian manusia menyanggupi untuk memikul amanah tersebut. Sesungguhnya manusia itu sangatlah zolim lagi bodoh. (Al Ahzab:72).
Karena tabiat manusia yang cendrung untuk melakukan kezoliman dan tindakan bodoh itulah maka kewajiban seorang muslim adalah menutupi aib saudaranya. Boleh jadi seorang melakukan kesalahan atas kebodohan dan kelemahannya atau karena syubhat yang banyak menyebar dimasyarakat sehingga bercampurlah antara hak dan yang batil. Janganlah membuka kesalahan dan aib seseorang apabila hal itu hanya akan mendatangkan celaan dan malu, tidak memberikan kontribusi yang baik bagi masyarakat bahkan hanya menambah daftar orang-orang yang perlu dihina dalam agenda harian masyarakat. Menambah bahan tayang bagi media infotaiment dan media-media gosip. Atau membuat si pelaku akan semakin jauh dari Allah SWT karena merasa dikucilkan dari komunitas orang-orang baik. Atau semakin tertutup hatinya menerima kebenaran karena merasa sudah kepalang tanggung berlumur dengan dosa.
Allah SWT Maha Pengampun bagi hamba Nya yang benar-benar ingin bertobat dan Maha luas kasih sayang Nya pada seluruh hamba Nya. Allah SWT menutupi dosa seorang hamba yang dilakukannya dimalam hari, selama dia tidak membeberkan aibnya tersebut ketika siang datang. Mengapa? Agar dia segera bertobat dari kesalahan itu. Cukuplah itu menjadi jaminan dari Allah bagi seorang hamba yang menutupi aib saudaranya, nanti Allah SWT akan menutupi aibnya juga di Akhirat. “Tidaklah seorang hamba menutupi aurat saudaranya di dunia kecuali nanti Allah akan menutupi auratnya pada hari kiyamat. (HR.Muslim). sebagaimana Allah juga mengancam dengan azab yang pedih bagi orang-orang yang senang dengan tersebarnya aib saudaranya sesama muslim di tengah-tengah masyarakat. “Sesungguhnya orang-orang yang senang dengan menyebarnya kekejian di antara orang-orang beriman bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allahlah Yang Maha Mengetahui sedangkan engkau tidak mengetahui. (An Nur:19).
Kita harus arif dan bijaksana dalam menyikapi aib saudara kita sesama muslim. Rasulullah memerintahkan kita untuk merubah kemungkaran dengan tangan kita atau lisan dan hati. Mulailah dengan melakukan pendekatan pada mereka yang melakukan kesalahan mudah-mudahan dengan pendekatan emosi itu dia akan berubah. Nasehatilah dia untuk meninggalkan kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi. Tutuplah kesalahannya rapat-rapat. Biarlah kesalahan itu hanya menjadi rahasia antara dia dan Allah, supaya kesalahan itu menjadi pukulan yang membangun baginya dikemudian hari. Selama peringatan dan nasehat masih bermanfaat untuk merubah sikap saudara kita yang bersalah maka membeberkan aib seseorang -dengan tujuan islah dan pendidikan bukan untuk memojokkan- menjadi pilihan terakhir bagi sebuah proses perubahan. Tentunya perubahan menuju kebaikan, untuk pelaku sendiri agar dia bertobat dan untuk masyarakat agar tidak terjerumus dalam kejahatan serupa dan terhindar dari kejahatannya. Wallahu A'lam.

0 komentar:

Posting Komentar