Do’a Anak Bangsa

Bila seorang miskin selalu datang kepada seorang kaya untuk meminta uang dan kebutuhan hidup lainnya. Setiap hari dia selalu menggantungkan kehidupannya kepada orang kaya tersebut. Walaupun orang kaya tersebut memiliki harta yang berlimpah, lama-kelamaan pasti merasa khawatir hartanya akan habis dipinta. Sehingga dia tidak mau lagi mengulurkan tangannya kepada suauaranya yang miskin tersebut.

Kemampuan manusia sangatlah terbatas. Bahkan, bila diberi harta dan kekayaannya pun, harta dan kekayaan tersebut masih tidak mampu mencukupi keperluan hidupnya sehari-hari, selalu merasa kekurangan dan selalu ingin mencari.

Sedangkan Allah, kekuasaannya maha luas, di tanganNya lah semua penciptaan langit dan bumi beserta isinya. kekayaanNya tidak akan habis walaupun habis seluruh makhluq meminta kepadaNya. Bahkan setelah kata habis itu sudah tidak ada lagi, Allah tidak akan pernah melekatkan kata habis dalam kekuasaannya.

Karena kekayaan dan kekuasaanNya yang tidak mengenal kata habis itulah, maka Allah memerintahkan kita untuk meminta kepadaNya. Karena hanya Dia lah yang layak untuk dipinta. Sebaliknya, Allah melarang kita meminta kepada selainNya, yaitu seluruh makhluq ciptaannya di alam semesta ini. Laut, matahari, bulan dan bintang adalah ciptaan-Nya, mereka semua tidak akan bisa mengabulkan semua permintaan. Semua pinta kita hanya akan dikabulkan oleh Allah SWT Yang Maha Mengabulkan semua pinta.

Allah SWT berfirman yang artinya, “Berdo’a lah kepadaku, Aku akan mengabulkannya”.

Sudah diketahui bahwa Shighat Amr (kata perintah) mempunyai implikasi hukum wajib. Artinya wajib mewujudkan atau melaksanakan perbuatan yang diperintahkan. Dalam ayat tadi Allah memerintahkan kita untuk berdo’a atau meminta, bersamaan dengan itu Allah juga memberi kepastian akan mengabulkan do’a yang dipanjatkan hamba-Nya. Artinya, berdo’a adalah kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya dan mengabulkan do’a adalah konsekuensi Tuhan terhadap setiap do’a hamba-Nya.

Namun kensekuensi Allah untuk mengabulkan do’a hamba-Nya juga harus dibarengi dengan konsekuensi hamba ketika berdo’a. Allah tidak serta merta mengabulkan begitu saja semua do’a. Ada syarat-syarat dalam berdo’a sehingga dikabulkan oleh Allah. Bagaikan sebuah kontrak perjanjian tentu ada syarat yang harus dilakukan dan ada syarat yang harus dihindarkan. Jika tidak, maka kontrak perjanjian akan batal.

Di antara syarat yang harus dilakukan adalah mematuhi segala perintah Allah dan beriman kepada-Nya. Allah SWT berfirman, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yangberdo’a bila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendak lah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al Baqarah: 218).

Dan di antara syarat yang harus dijauhi adalah tidak melakukan kerusakan dan dosa di muka bumi, Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan penuh harap (akan dikabulkan).” (QS Al-a’raf: 56).

Kerusakan di muka bumi yang dilakukan memiliki bentuk yang bermacam-macam. Tidak hanya kerusakan berupa fisik, bahkan kerusakan moral. Bila ditarik dalam konteks kenegaraan, kerusakan moral yang terjadi di Negara ini meliputi praktik korupsi, kolusi, nepotisme, jual beli perkara, mempermainkan hukum, politik uang dan politik hitam, khianat terhadap amanat rakyat, kezoliman terhadap rakyat yang tidak bersalah dan masih banyak lagi kerusakan moral lainnya. Tentunya kerusakan moral lebih berbahaya dari pada kerusakan fisik, karena kerusakan fisik yang terjadi adalah akibat dari kurangnya moral anak bangsa.


Itulah kontrak yang Allah tawarkan sebelum Dia mengabulkan do’a kita. Bangsa ini tidak akan menemui jalan menuju Negara yang setiap hari kita do’akan agar menjadi Negara yang aman dan tentram selama masih banyak kerusakan moral yang kita lakukan terutama orang-orang yang memerintah Negara ini. Negara ini tidak akan bangkit dari keterpurukan dan terhindar dari musibah-musibah selama masih banyak penghianatan terhadap hak-hak orang banyak. kita harus bekerja keras menghilangkan segala penyakit moral yang telah lama menjangkiti Negara ini. Setujukah kita dengan kontrak tersebut? Jika setuju sesungguhnya Allah Maha Menepati Janji.

Allah SWT berfirman, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai apa yang telah mereka kerjakan”. (QS Al A’raf: 96).

0 komentar:

Posting Komentar