Suatu
ketika seorang ِArab badui miskin datang kepada Rasulallah saw seraya meminta sesuatu. Lalu
apa jawab Rasul, apakah Rasul memberikan orang miskin itu sesuatu yang
dipintanya? Tidak, akan tetapi Rasulallah malah balik bertanya. “Apakah kamu
memiliki sesuatu di rumahmu?”
Arab
miskin itu kemudian menjawab, “Ada wahai Rasulallah, di rumahku ada wajan yang
kami gunakan untuk makan, minum dan tempat menampung air untuk bersuci, di
rumahku juga ada tikar yang kami gunakan untuk alas duduk dan alas untuk tidur,
dan di rumahku tidak ada lagi apa-apa selain dua barang ini.”
Kemudian
Rasulallah berkata, “Bawalah kemari kedua barang yang kamu miliki itu!”
Setelah
Arab miskin itu menyerahkan kedua barang tersebut kepada Rasulallah, Rasulallah
berkata kepada para sahabatnya yang lain, “Siapakah yang mau membeli kedua
barang ini?”
Seorang
laki-laki berdiri, “Saya wahai Rasulallah. Saya akan membelinya dengan satu
dirham.”
Rasulallah
menawarkan lagi, “Siapa yang sanggup membelinya dengan harga lebih tinggi?”
Seorang
laki-laki yang lain berdiri, “Saya wahai Rasulallah. Saya sanggup membelinya
dengan harga dua dirham.”
Maka
terjual lah wajan dan tikar milik sang Arab miskin itu dengan dua buah dirham.
Rasulallah
kemudian berkata kepada Arab miskin itu, “Gunakanlah satu dirhamnya untuk
membeli makanan, dan berikanlah kepada keluargamu, dan gunakanlah yang satu dirham
lainnya untuk membeli mata kampak. Setelah itu datanglah engkau kemari dengan
membawa mata kampak tersebut.”
Maka
Sang Arab miskin menjalankan perintah Rasulallah tersebut. Lalu membawa sebuah
mata kampak kepada Rasulallah.
Rasulallah
memberikan gagang pada mata kampak tersebut, kemudian berkata, “Pergilah
engkau, carilah kayu bakar lalu jual lah di pasar, dan jangan kembali menemuaiku
kecuali setelah 15 hari.”
Setelah
15 hari berlalu, Sang Arab miskin datang kembali kepada Rasulallah, dan dia
telah mampu membeli baju dan makanan dengan hasil jerih payahnya sendiri.
Lalu
Rasulallah bertanya kepada Arab miskin tersebut:
أليس هذا خيرا لك من أن تسأل
الناس أعطوك أو منعوك؟
“Bukankah ini lebih baik
bagimu dari pada Engkau meminta-minta kepada manusia, yang kadang engkau diberi
dan terkadang tidak diberi?”
Dari cerita tentang seorang Arab miskin di atas, tampak
jelas sekali bahwa Rasulallah saw sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja dan
berkarya, bersungguh-sungguh dalam mencari walau sesuap nasi, dan menjaga diri
dari perbuatan meminta-minta.
Sungguh banyak sekali hadits-hadits Rasulallah yang
menegaskan bahwa bekerja mengeluarkan keringat dengan tangan sendiri merupakan
perbuatan yang mulia dan perbuatan para nabi. Bahkan tidak ada kenikmatan
mereguh makanan yang dirasakan seseorang senikmat mereguh makanan dari hasil
usaha tangannya sendiri.
Rasulallah saw bersabda:
ما أكل أحد طعاما قط خيرا من أن يأكل من عمل يده،
وإن نبي الله داود عليه السلام كان يأكل من عمل يده
“Tidaklah seseorang
memakan makanan yang lebih baik dibanding makanan yang didapatnya dari usaha
tangannya sendiri. Dan sungguh Nabiullah Daud alaihissalam makan makanan dari
hasil usaha tangannya sendiri.”
Memang bekerja membuat tubuh menjadi lemah, capek dan
kehilangan banyak energi. Namun hal itu akan hilang bila kita menyadari bahwa
kesusahan yang dialami saat bekerja akan menjadi penghapus dosa kita di kala
sore hari, ketika seseorang selesai dari pekerjaannya. Hal ini ditegaskan oleh
Rasulallah saw dalam sabdanya:
من أمسى كالا من عمل يده أمسى مغفورا له
“Barang siapa yang keletihan di waktu sore
karena pekerjaannya, maka pekerjaan itu akan menjadi penghapus dosa baginya.”
Seorang
muslim haruslah memiliki semangat untuk bekerja, walaupun masih memiliki usia
dini. Sebagai contoh dan teladan umat, Rasulallah mencontohkan kepada kita
bagaimana semangat dan etos kerja haruslah dimulai dari sejak usia dini. Sejak
usia anak-anak, Rasulallah sudah bekerja sebagai seorang pengembala kambing
milik orang-orang makkah. Kemudian beranjak dewasa Beliau bekerja sebagai
seorang pedagang. Beliau sangat menjaga kejujuran dan kepercayaan orang dalam
berusaha, sehingga sejak usia muda, Beliau sudah diberi gelar dengan al-Amin,
atau orang yang terpercaya. Kemudian pada akhir perjalanan hidupnya, Rasulallah
tetap berusaha dan terjun pada dunia usaha dan bisnis yang lebih menjanjikan
dan lebih mulia, yaitu berusaha untuk menyebarkan agama Allah di muka bumi
sebagai seorang Rasul Allah.
Selama
sebuah pekerjaan itu baik dan tidak bertentangan dengan ajaran islam, walaupun
di mata manusia pekerjaan itu dipandang rendah, islam tidak pernah
menganggapnya sebagai pekerjaan yang rendah. Di atas permukaan bumi ini
terdapat banyak sekali sumber-sumber kebaikan. Dan di dalam bumi juga terdapat
kebaikan yang tidak kalah banyaknya. Di atas gunung, di dasar lautan, di udara,
terdapat rizki yang tersimpan bagi manusia. Dan tidak ada orang yang
mendapatkan kunci rizki tersebut kecuali orang yang bekerja.
هو الذي جعل لكم الأرض ذلولا فامشوا في مناكبه
وكلوا من رزقه وإليه النشور
“Dan Dialah (Allah) yang menjadikan bumi ini
mudah, maka berjalanlah kalian di atasnya dan makanlah dari rizkinya dan hanya
kepadaNya lah Kalian akan kembali.
(QS. Al-Mulk: 15).
0 komentar:
Posting Komentar